Muhammad Rifai : K.H. Hasyim Asy'ari --biografi singkat 1871-1947--
Belajar dari Muhammad Rifai melalui buku K.H. Hasyim Asy'ari; Biografi singkat 1871-1947.
K.H. Hasyim Asy'ari disebut sebagai pemilik darah biru dan darah putih.
Keturuan bangsawan disatu sisi dan keturunan 'alim dari arah yang lain.
Dia adalah keturunan dari raja majapahit terakhir Prabu Brawijya VI
(lembu peteng).
Muhammad Rifai menuliskan silsilah beliau menurut Akarhanaf sebagai
berikut. K.H. Hasyim Asy'ari bin Halimah binti Layyinah binti Sichah bin
Abdul jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Banawa bin Jaka
Tinkir bin Prabu Brawijaya VI.
Beliau lahir pada tanggal 24 Dzulqa'dah 1287 H atau 14 Februari 1871 M.
Putera ketiga dari sebelas bersaudara. Nama lengkap beliau Muhammad
Hasyim Asy'ari bin Abdull Wahid bin Abdul Halim, yang bergelar pangeran
Bona, bin Abdul Rohman Rahman yang dikenal dengan Jaka Tingkir Sultan
Hadiwijoyo, bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatih bin Maulana
Ishaq, dari Raden 'Ain al Yaqin yang disebut Sunan Giri. Jadi, dari
nasabnya beliau merupakan campuran darah biru dan darah putih. Campuran
kalangan ningrat, priyayi, keraton dan kalngan tokoh agama, kiai,
santri.
Inilah K.H. Hasyim Asy'ari, santri yang gemar mengaji, merasa tidak cukup belajar dari ayah dan kakeknya Kiai Usman, pada usia 15 tahun K.H. Hasyim Asy'ari remaja berkelana dari satu pesantren kepesantren lain untuk menuntut ilmu. mulai dari pesantren Wonokoyo (Probolinggo), pesantren langitan (Tuban), sampai pesantren Trenggilis (semarang). lalu dilanjutkan ke pesantren Kademangan (bangkalan) selanjutnya kepesantren Siwalan (sidoarjo). dan dipesantren terakhir inilah agaknya K.H. Hasyim Asy'ari berguru agak lama dari Kiai Ya'qub, lalu dijadikan menantu.
Pada kesempatan selanjutnya, K.H. Hasyim Asy'ari juga belajar dimana
dari sumber mata air Islam, Makkah al Mukarromah. Disinilah beliau
memperdalam Islam, dan berinteraksi dengan santri-santri dari berbagai
negara. lalu pada kali kedua kesempatan beliau ke Makkah, ia bersama
bebarap 'ulama dari berbeagai negara lain, bersepakat mengabdikan
dirinya untuk menyebarluasakan Islam, dan bertekad untuk melakukan
perubahan terhadap negerinya, yang notabene negeri para pelajar itu
masih berada dalam invansi negara lain.
K.H. Hasyim Asy'ari adalah sosok revolusioner, pembaharu sekaligus penjaga jejak keaslian cara pandang Islam.
Beliau adalah orang yang gigih, dalam menyebarluaskan Islam, pilihan
daerah Tebuireng sebagai tempat langkah awal mendirikan institusi
pendidikan pesantren adalah sebuah pilihan yang "aneh". Sarang penyamun,
perampok, dan lokalisasi prostitusi. sebuah medan dakwah yang sangat
berat. Tapi beliau sadar betul, dakwah itu bukan untuk orang-orang yang
'alim, yang sudah jelas keilmuannya terhadap agama. Dakwah itu justru
terhadap orang yang buta terhadap agama. Memberikan edukasi dan
pencerahan, mengenalkan agama pada mereka, membina dengan sabar,
melakukan langkah-langkah yang sistematis, serta menerangkan
tujuan-tujuan hakiki kepada mereka itu. Itulah dakwah. Tentu tidak
mudah, awal-awal Pembukaan pesantren Tebuireng, selama dua tahun pertama
mendapat tanggapan yang kurang dari masyarakat sekitar, tidak jarang
berbagai ancaman bahkan godaan sering menghadang dakwah yang mulia itu.
Tapi Allah Swt senantiasa bersama orang-oragn yang sabar, dan berdakwah
dijalanNya. hingga akhirnya kita mengenal Tebuireng sebagai Institusi
pendidikan pesantren yang memiliki pengaruh yang sangat luas. tidak
hanya sebagai corong pengembangan pesantren dinusantara, tapi juga
diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional, baik masa penjajahan
belanda, jepang, masa mempertahankan kemerdekaan hingga saat ini.
Kontribusi besar beliau tidak cukup pada pendirian Pesantren Tebuireng.
K.H. Hasyim Asy'ari juga turut dalam upaya pemersatua ummat. baik skala
nasional maupun internasional. dalam skala internasional, beliau
mengutus K.H. Wahab Hasbullah dalam Muktamar Khilafah yang
diselenggarakan oleh Saudi Arabia. walau akhirnya utusan ini ditolak
karena persoalan administratif, namun peran beliau tidak surut. Pada
kesempatan berikutnya beliau mengutus KHM Bisri Syamsuri dan KH Asnawi
ke Arab Saudi guna menyampaikan surat mengenai kemerdekaan menerapkan
mazhab empat ahli fiqh (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali), perbaikan
mekanisme Haji, dan seruan untuk menjaga tradisi yang dinilai positif
menurut pandangan K.H. Hasyim Asy'ari. Surat inipun mendapat respon dari
Kerajaan Arab Saudi kala itu Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Su'ud.
Dalam skala nasional, K.H. Hasyim Asy'ari tidak bisa dilepaskan dari keberadaan NU, MIAI, dan Masyumi.
Kita mengenal ketiganya memiliki peran yang sangat besar dalam upaya
menyebarluaskan Islam, mempersatukan Ummat dan perjuangan membentuk
negara yang menegakkan nilai-nilai Islam.
Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari
Dalam bidang pendidikan, K.H. Hasyim Asy'ari menyatakan tujuan
diberikannya pendidikan kepada manusia itu ada dua. Pertama menjadi
insan purna yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. jadi
semata-mata pendidikan itu diselenggarakan dalam rangkah beribadah
kepada Allah Swt. Hal ini berakibat pada pengharaman mempelejarai
ilmu-ilmu yang membawa manusia pada kesyirikan dan kesesatan pemahaman
terhadap Islam seperti, perdukunan, sihir, nujum kebatinan, dan
filsafat.
Kedua menjadi insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat. hal ini, merupakan konsekuensi logis bagi para penuntut
ilmu. Pehamannya terhadap suatu hal akan menjadikan dirinya mampun
bersikap dengan tepat terhadap kondisi yang dihadapinya pada posisi yang
tepat pula. disamping itu, para 'alim adalah orang yang tenang hidupnya
karena telah menyingkap berbagai tabir alam semesta melalui
kepakarannya dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam bidang Tasawwuf, K.H. Hasyim Asy'ari berusaha menempatkan tasawwuf
pada tempat yang semestinya. Yaitu praktek-prakte kesufian harus berada
dalam bingkai syariat. tidak keluar darinya atau bahkan tidak
meninggalkan aspek syariat lainnya. Dia mengecam praktek sufi yang
melanggar syara' atau bahkan meninggalkan syara', dan hanya fokus pada
kesufian semata.
Dalam bidang pemikiran Fiqh dan Hadist, K.H. Hasyim Asy'ari dikenal
memegan kuat tradisi mengikuti mazhab empat (hanafi, maliki, syafi'i dan
hambali). Walau saat ini, pada prakteknya mazhab syafi'i mendapat porsi
yang lebih besar dalam penerapannya.
K.H. Hasyim Asy'ari menyatakan bahwa perbedaan pendapat diperkenankan
selama masih dalam bingkai syariah dan tidak keluar dari ajaran-ajaran
islam. Jadi sebenarnya beliau adalah orang yang paling luwes dalam
mengambil pendapat fiqh dari empat mazhab tersebut. Padahal empat mazhab
tersebut memiliki perbedaan hingga pada 6000 persoalan. Tapi inilah,
Khazanan islam. Perbedaan ini bagi para pendirinya mengantarkan mereka
para pribadi yang tinggi penghormatannya, dan kuat persatuannya.
Dalam bidang nasionalisme, K.H. Hasyim Asy'ari adalah orang yang paling
tinggi nasionalismenya dalam memperjuangkan Islam, yang berdampak pada
sikap anti penjajahannya. Serta bagaimana Resolusi jihadnya dalam
mempertahankan kemerdekaan NKRI pada awal-awal kemerdekaannya. Jadi
sesungguhnya Nasionalisem kebangsaan yang dimiliki oleh K.H. Hasyim
Asy'ari adalah nasionalisme yang bersumber dari nasionalismenya terhadap
Islam.
**Ada yang sangat menarik bagi saya terkait pandangan beliau terkait agama dan negara. Dinyatakan bahwa beliau merasa sedih, karena Islam dalam negara tidak menjadi bagian yang penting dalam praktek tatanegara. Tetapi Islam hanya dijadikan oleh sebagian orang sebagai kendaraan politik untuk meraih kekuasaan.
Oleh karena itu menurut saya, perjuangan Islam dipemerintahan harus terus digerakkan. menjadikan Islam sebagai bagian penting untuk menjalankan praktek tatanegara adalah impian dari K.H. Hasyim Asy'ari itu sendiri. Sehingga tercipta Negara yang dapat mengakomodasi praktek-praktek dari nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi keberagaman, kesejahteraan, keadilan, hak asasi manusia dan tentu yang paling utama adalah beribadah kepada Allah Swt.Oleh karena itu, beliau menganggap tujuan akhir dari politik Islam di Indonesia adalah pelaksanaan ajaran-ajaran (nilai-nilai Islam) dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dalam aspek demokrasi lebih terlihat dari praktek kehidupan beliau selama berkiprah sebagai Ulama. barangkali beliau tidak mengenal baik frase demokrasi itu secara langsung, namun secara subtantif, beliau justru giat dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi, yang mana saat ini demokrasi hanya dilihat dari penerapan demokrasi secara struktural. Sehingga kita melihat ada sebagian orang yang alergi terhadap istilah demokrasi dan sampai mengaharam-haramkannya.
Ya.. Praktek demokrasi yang K.H. Hasyim Asy'ari lakukan terlihat dalam upaya beliau mengelola pesantren Tebuireng, yang terbuka pada arus modernisasi. Tentu melalui proses seleksi dan adaptasi. juga pada bagaiman sikap beliau dalam menyelesaikan konflik melalui penekanan asa musyawarah bersama, serta upaya beliau dalam mempersatukan ummat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar